Minggu, 27 November 2011

Siapakah Ahli Kitab Itu?

Pernah suatu saat saya berdiskusi dengan salah satu saudara tentang topik ini. Beliau berkata, "Ahli kitab adalah orang yang diturunkan kepadanya kitab-kitab sebelum Al-Quran seperti Zabur, Taurat dan Injil. Tetapi dalam kondisi sekarang kitab-kitab tersebut telah mengalami distorsi atau penyimpangan yang cukup jauh dan bahkan ajaran dalam kitab injil yang sekarang lebih mengajarkan kemusyrikan. Sehingga menurut hemat saya sudah tidak ada lagi kitab Taurat dan Injil yang benar dan asli sesuai yang Allah SWT turunkan. Oleh karenanya, apakah benar jika orang Yahudi dan Nasrani yang sekarang sudah tidak lagi relevan disebut ahli kitab?"
Tidak bisa dipungkiri bahwa sebagian besar umat Islam memiliki pandangan dan/atau kebingungan seperti yang tersebut di atas. Menentukan seseorang termasuk sebagai ahli kitab atau bukan menjadi semakin vital tatkala kita berada di luar negeri di mana mayoritas penduduknya bukan beragama Islam, seperti di Tronheim ini. Beberapa hal yang terkait dengan fikih (hukum) dalam hal kehalalan makanan dan juga pernikahan akan menjadi problematika turunan dari topik ini. Untuk itu mari kita coba kaji lebih lanjut.
Pertama, memang benar apabila kondisi umat Yahudi dan Nasrani sekarang ini telah jauh menyimpang dari apa yang dulu pernah diajarkan oleh nabi-nabi mereka, yakni Nabi Musa AS dan Nabi Isa AS. Dan bahkan kitab-kitab Taurat dan Injil juga telah mengalami pemalsuan dan penyimpangan dari teks aslinya di awal-awal turunnya kedua agama ini. Termasuk juga dogma trinitas, dimana seharusnya adalah Laa ilaha illa-Allah (Tiada Tuhan Selain Allah) karena sama-sama agama samawi.
Pernyataan saya di atas yang menjelaskan tentang halal haram makanan, adalah penjelasan yang didasarkan atas firman Allah SWT dalam surat Al Maidah (surat ke-5 ayat-5). Artinya ahli kitab yang dimaksud saat itu adalah ahli kitab dalam kondisi di mana nabi Muhammad SAW di utus (masa kenabian). Nah, sekarang pertanyaannya menjadi: bagaimanakah kondisi ahli kitab saat itu?
Penyimpangan Ahli Kitab
Mari kita lihat surat Ali Imran (3:71) dan surat Al Baqarah (2:79) berikut ini.
Hai ahli kitab, mengapa kamu mencampur-adukkan yang haq dengan yang bathil, dan menyembunyikan kebenaran, padahal kamu mengetahuinya?” QS. Ali Imran (3:71).
Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; “Ini dari Allah”, (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan.” QS. Al Baqarah (2:79).

Dari dua ayat di atas, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa pada masa kenabian pada saat Al Qur'an diturunkan, kondisi ahli kitab sudah sedemikian parahnya mengalami penyimpangan dari ajarannya yang asli. Mereka mencampur-adukkan yang benar dan yang bathil dan menutup-nutupi kebenaran. Sehingga pada titik ini kita bisa menyatakan bahwa sesungguhnya kondisi ahli kitab saat Nabi Muhammad SAW diutus dengan ahli kitab saat ini adalah identik.
Hal ini diperkuat lagi dengan dua ayat berikut yang secara lugas menyatakan bahwa sesungguhnya atau pada dasarnya yang disebut ahli kitab itu adalah mereka yang telah menerima kitab sebelum Al Qur'an dimana kebanyakan dari mereka itu memang tidak beriman dan bertakwa."
Dan sekiranya ahli kitab beriman dan bertakwa, tentulah Kami tutup (hapus) kesalahan-kesalahan mereka dan tentulah Kami masukkan mereka kedalam surga-surga yang penuh kenikmatan.” QS. Al Maidah (5:65).
Katakanlah: “Hai ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikitpun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil, dan Al Quran yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu”. Sesungguhnya apa yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dari Tuhanmu akan menambah kedurhakaan dan kekafiran kepada kebanyakan dari mereka; maka janganlah kamu bersedih hati terhadap orang-orang yang kafir itu.” QS.Al Maidah (5:68).
Dogma Trinitas
Dan barangkali yang mengejutkan adalah Al Qur'an menandaskan bahwa yang dimaksud dengan Al Kitab itu adalah mereka yang telah di beri kitab sebelum Al Qur'an namun kemudian menyimpang dan bahkan menganggap bahwa Isa AS adalah tuhan, bukan rasul (sebagaimana dogma trinitas). Mari kita lihat surat An Nisaa' (4:171) berikut ini.
Wahai ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: “(Tuhan itu) tiga”, berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara.” An Nisaa' (4:171).
Artinya bahwa pada masa kenabian dimana Al Qur'an diturunkan, kondisi ahli kitab telah mengadopsi dogma trinitas persis sama dengan ahli kitab yang ada sekarang.
Nah, sekarang kita bisa menjawab pertanyaan bagaimanakah kondisi ahli kitab saat masa kenabian dimana Al Qur'an diturunkan. Yakni, ternyata persis sama dengan ahli kitab yang ada sekarang dimana telah mengalami penyimpangan yang jauh, salah satunya adalah dogma trinitas di atas.

Orang yang Beriman di antara Ahli Kitab
Namun demikian, tetap ada yang memaksa menganggap: tidak bisa tidak bahwa yang dimaksud ahli kitab itu adalah mereka yang benar-benar memegang teguh kitabnya, seperti Buhairah dan Waraqah bin Naufal. Walaupun ayat-ayat Al Qur'an di atas sudah membantah hal ini, namun ada baiknya dijelaskan juga.
Siapakah Buhairah dan Waraqah bin Naufal itu? Buhairah adalah pendeta yang mencegah Abu Tholib untuk meneruskan perjalanan ke Syiam untuk berdagang karena beliau tahu bahwa Muhammad kecil kelak akan menjadi nabi akhir zaman. Dia khawatir orang Yahudi akan membunuh Muhammad kecil jika mereka tahu tentang hal ini. Sedangkan Waraqah bin Naufal adalah seorang pendeta yang juga paman Siti Khadijah (istri Nabi). Waraqah menjelaskan bahwa peristiwa di Gua Hira' yang dialami Nabi merupakan pertanda bahwa sang suami (Muhammad) telah diangkat sebagai nabi Allah SWT. Mereka berdua ini adalah contoh ahli kitab yang tetap memegang teguh agama mereka yang asli.
Al Qur'an menjelaskan bahwa ahli kitab, selain mereka yang menyimpang dari ajarannya yang asli dan mengingkari Nabi Muhammad SAW dan Al Qur�an yang beliau bawa, juga ada ahli kitab yang beriman. Mari kita lihat ayat-ayat Al Qur'an di bawah ini.
Mereka itu tidak sama; di antara ahli kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud (sembahyang).” QS.Ali Imran (3:113).
Dan sesungguhnya diantara ahli kitab ada orang yang beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu dan yang diturunkan kepada mereka sedang mereka berendah hati kepada Allah dan mereka tidak menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit. mereka memperoleh pahala di sisi Tuhannya. Sesungguhnya Allah amat cepat perhitungan-Nya.” QS. Ali Imran (3:199).
Nah, ahli kitab yang beriman tentunya akan mengambil diri sebagai orang yang beriman atau mukmin. Sebagaimana pernyataan Waraqah bahwa kalau dia masih ada umur, tentu dia akan menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW juga. Begitu juga dengan Salman Al Farisi RA, salah satu pahlawan Perang Khandaq. Beliau dilahirkan sebagai majusi dan kemudian pindah ke agama Nasrani dan mengabdi kepada beberapa pendeta Nasrani. Pada titik ini, tentu kita akan mengatakan bahwa Salman adalah ahli kitab. Namun kemudian, dalam perjalanannya beliau Salman akhirnya bisa bertemu Nabi Muhammad SAW dan masuk Islam. Ahli kitab yang beriman tentu masuk Islam (menjadi muslim) dan menjadi mukmin (beriman).
Kesimpulan
Dengan demikian dari keseluruhan ulasan di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa ahli kitab yang dimaksud dalam Al Qur'an adalah mereka yang pernah menerima Al Kitab, yakni Yahudi (Taurat) dan Nasrani (Injil), baik mereka memegang teguh agamanya ataupun yang sudah menyimpang, baik pada masa kenabian dimana Al Qur'an diturunkan ataupun pada masa sekarang ini.
Mohon maaf atas segala kekurangan dan mohon diluruskan apabila ada kesalahan. Segala kebenaran sesungguhnya datang dari Allah SWT.
Wallahu’alam.
Abdillah Suyuthi

Trondheim Today

Situated in the county of Sor-Trondelag where the river Nid flows into the Trondheim fjord, we must admit we are pretty far north, in fact only 500 km from the Polar Circle, but the warm Gulf Stream blesses us with a fairly mild climate. More…

Links

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
Aku adlh orang yang gandrung akan keadilan...

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.